Ads

Showing posts with label internasional. Show all posts
Showing posts with label internasional. Show all posts

8 June 2018

Deretan Kata-kata Terakhir Razan Najjar sebelum Meninggal Dunia

Kematian paramedis relawan Palestina, Razan al-Najjar, menjadi perbincangan dunia.
Razan Najjar mengalami kejadian nahas saat sedang memberikan pertolongan kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/6/2018).
Razan Najjar menghembuskan napas terakhir tidak lama setelah peluru dari tentara Israel bersarang di dadanya.

loading...

Menurut Juru Bicara Kementerian Ashraf Al-Qudra, Najjar mengenakan jas putih khas petugas medis ketika ia ditembak.

Berdasarkan laporan New York Times, saat itu tentara Israel menembakkan dua atau tiga peluru dari seberang pagar dan mengenai bagian tubuh Najjar.
Pejabat kesehatan Gaza menyebut, Razan Najjar adalah orang Palestina ke-119 yang tewas sejak dimulainya aksi protes pada Maret 2018 Lalu.

Sebelum meninggal dunia, beberapa kata-kata yang diucapkan Razan Najjar diungkap orang-orang terdekatnya.
Berikut di antaranya:

1. Ucapannya untuk sang ayah

Sebelum meninggal dunia, Razan Najjar ternyata sempat berbicara dengan sang ayah.
Dilansir dari Grid.ID, hal tersebut disampaikan oleh ayahnya.
"Kami memiliki satu tujuan, untuk menyelamatkan nyawa dan mengevakuasi orang. Dan mengirim pesan ke dunia: Tanpa senjata, kita bisa melakukan apa saja," ujar ayah Razan Najjar.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Razan Najjar kepada ayahnya sebelum dia meninggal dunia.

2. Perasaannya menjadi anggota medis di jalur Gaza

Sebelum menjadi korban penembakan, Razan Najjar sempat mengungkapkan apa yang dirasakannya sebagai anggota medis.
Menurutnya hal itu adalah tugas dan tanggung jawabnya untuk hadir dalam proses dan membantu korban yang terluka.

"Tentara Israel berniat untuk menembak sebanyak yang mereka bisa," katanya pada saat itu.
"Ini gila dan aku akan malu jika aku tidak ada di sana untuk bangsaku," tambahnya melansir dari New York Times.

3. Kata-kata terakhir sebelum sadar telah tertembak

Dalam sebuah kesaksian Rida Najjar yang juga seorang relawan medis, mengaku dia berdiri di samping Razan Najjar pasca terjadi penembakan.
"Ketika kami memasuki pagar untuk mengevakuasi para pengunjuk rasa, Israel menembakkan gas air mata ke arah kami," kata pria 29 tahun, melalui Al Jazeera.

"Kemudian seorang sniper menembakkan satu tembakan, yang langsung mengenai Razan Najjar, fragmen peluru juga melukai tiga anggota lain dari tim kami.
"Razan pada mulanya tidak menyadari dia telah ditembak, tetapi kemudian dia mulai menangis, 'Punggungku, punggungku!' dan kemudian dia jatuh ke tanah. Itu sangat jelas dari seragam kami, rompi kami dan tas medis kami," tambahnya.
"Tidak ada demonstran lain di sekitar, hanya kami," tutupnya.

Sebelum Meninggal, Razan Najjar Ternyata Telah Belikan Baju Lebaran untuk Saudaranya

Di balik perjuangannya, Razan Najjar seseorang yang sangat penyayang, Minggu (3/6/2018).
Dilansir dari TribunStyle, akun Twitter CJ Werleman mengunggah video wawancara bersama dengan ibu Razan Najjar.
Ibu Razan Najjar memberitahukan betapa sayangnya Razan Najjar pada adiknya.

Sebelum meninggal, Razan Najjar telah membelikan pakaian Lebaran untuk adik-adiknya.
Baju tersebut sebagai hadiah untuk saudara-saudaranya.
Razan Najjar juga sempat akan mengajak adik perempuannya belanja ke kota Gaza.
Perempuan berusia 21 tahun ini juga sangat perhatian dengan ibunya.
Dia selalu memaksa ibunya untuk mengatakan keinginannya.

Sumber tribunjatim.com

Austria akan menutup tujuh masjid dan mengusir beberapa imam masjid

Austria telah mengumumkan akan menutup tujuh masjid dan mengusir sejumlah imam masjid di negara itu yang didanai oleh negara-negara asing.
Kanselir Austria, Sebastian Kurz, mengatakan pada Jumat (08/06) langkah itu diambil sebagai tindakan tegas terhadap apa yang disebutnya sebagai "aktivitas politik Islam", seperti dilaporkan kantor berita AFP.
"Segala kegiatan yang terkait dengan politik Islam dan gerakan radikal tidak akan mendapat tempat di Austria," kata Kurz.

loading...

Keputusan ini diambil pemerintah Austria setelah tim otoritas urusan agama melakukan penyelidikan independen di sejumlah masjid di ibu kota Wina yang pendanaannya dilaporkan didukung oleh Turki.
Penyelidikan itu antara lain menyasar foto-foto yang memperlihatkan kegiatan anak-anak muda yang mengenakan kemeja mirip tentara Turki dalam sebuah acara internal di sebuah masjid di Wina.

Menurut tim peneliti, foto-foto itu - yang kemudian diterbitkan mingguan Falter - menggambarkan mereka terlibat semacam pertunjukan drama mengenai kemenangan rezim Ottoman Turki dalam pertempuran Gallipoli selama Perang Dunia I.
Dalam foto-foto yang diterbitkan awal tahun ini terlihat pula adegan ketika beberapa tentara Turki itu tewas dan kemudian ditutup dengan bendera Turki.
Anak-anak itu juga terlihat melakukan aktivitas baris-berbaris, menghormati, serta melambaikan bendera Turki.
Dilaporkan masjid itu dikelola oleh Asosiasi Budaya Turki-Islam atau ATIB, yang berpusat di kota Koln Jerman, dan merupakan cabang dari direktorat urusan agama Turki, Diyanet.
ATIB sendiri menyatakan mengutuk segala aktivitas yang terekam dalam foto-foto itu dan "sangat menyesalkannya".

Sumber Tribunnews.com

7 June 2018

Cerita Para WNI Berpuasa di Eropa

Menjalani ibadah puasa di negeri orang, pasti memberikan nuansa dan pengalaman yang berbeda.

Di Indonesia, umat muslim berpuasa selama sekitar 13-14 jam, dimulai sekitar pukul 04.00 dan berakhir sekitar pukul 18.00.

Lalu, bagaimana dengan puasa di negara lain, seperti di negara-negara Eropa yang durasi siangnya relatif lebih panjang?

Berikut ini dua kisah dari para WNI yang saat ini tengah berada di Eropa...

Polandia

Umi Hani, merupakan seorang mahasiswa asal Indonesia yang tengah menempuh pendidikan S2 di Jurusan Molecular Biotechnology, Jagiellonian University, Polandia.

Tahun ini adalah tahun keduanya berpuasa di Polandia, tepatnya di Kota Lodz dan Kraków.

Seperti 2017, puasa pada 2018 ini juga jatuh pada musim semi menjelang musim panas.

“Musim spring menjelang summer gini, panasnya bukan main mataharinya. Ini 20 hari full panas banget, suhunya bisa sampai 30 derajat, tapi rasanya udah panas banget di sini,” ujar Hani, saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (7/6/2018).

Ibadah puasa di sana berlangsung selama 18-19 jam.

Hal itu tentu berdampak pada rutinitas ibadah lainnya, seperti dekatnya jarak antara shalat tarawih dan makan sahur.

“Jadi masuk Isya itu jam setengah 11 (malam) lewat, terus shalat tarawih. Setelah itu mau tidur nanggung, jadi ya disambi buat belajar, sampai jam 1 lalu prepare buat sahur,” ujar Hani.

Menjalani puasa jauh dari Tanah Air memberikan kesan tersendiri bagi Hani.

Banyak hal yang ia rindukan. Misalnya ibadah bersama keluarga, makanan takjil, dan merindukan suara adzan.

“Di sini sahur, sahur sendiri. Takjil enggak ada, kalau pengin ya buat sendiri. Adzan apalagi, cuma lihat jadwal buka puasa via HP,” kata Hani.

Meski demikian, pengalaman dua tahun ini, membuatnya merasa bersyukur dilahirkan di Indonesia karena memiliki waktu puasa yang stabil dan tidak terpengaruh musim.

“Ngalamin puasa 19 jam, jadi bikin makin menghargai waktu dan semangat dalam menjalaninya,” kata Hani.

Menjadi minoritas dan menjalankan ibadah puasa di negeri orang, menurut Hani, banyak yang tidak tahu tentang ibadah yang tengah dijalankan umat muslim di bulan Ramadhan ini.

“Toleransi lebih ke cuek sih ya, maksudnya enggak banyak yang tahu kita lagi puasa. Kecuali teman- teman dekat saja. Jadi ya mereka biasa aja makan minum di depan kita,” kata dia.

Inggris

Cerita juga datang dari Anggita Mega Mentari, mahasiswa asal Indonesia yang tengah menyelesaikan pendidikan S2 di Lancaster University, Inggris.

Pada 2017, Ramadhan di Inggris jatuh pada musim panas sehingga waktu berpuasa lebih lama.

“Di waktu summer, matahari terbit sangat awal (jam 3 atau 4 pagi) dan tenggelam sangat lambat (sekitar pukul 21.30). Jadi memang hari terasa sangat panjang sewaktu musim panas, dan puasa jatuh di musim ini,” kata Mega.

Suhu rata-rata saat musim panas di Inggris berkisar 18-20 derajat celcius dari sebelumnya 5 derajat pada musim semi.

“Memang terkesan jadi cobaan tingkat tinggi karena kebetulan Inggris sedang dalam fase terik dan panas tapi justru harus berpuasa, terlebih bagi orang Indonesia yang biasanya jam 6 sore  sudah berbuka ya,” ujar Mega.

Mega menceritakan, ibadah puasa dijalaninya selama 18-19 jam, dimulai dari imsak pukul 03.00 dan berakhir pada 21.00 atau 22.00.

Setelah berbuka puasa, ia bersama teman-teman muslimnya berkegiatan di ruang ibadah yang disediakan kampus. Kegiatan itu di antaranya mengaji dan melaksanakan shalat tarawih bahkan hingga makan sahur.

“Memang dilematis ketika pulang ke apartemen saja sudah jam setengah 1 pagi. Lalu jam 3 sudah imsak. Alhasil memang mayoritas mahasiswa muslim di Lancaster pasca tarawih tidak tidur lagi sembari menunggu waktu sahur,” ujar Mega.

Dekatnya waktu berbuka puasa dan makan sahur menyebabkan kondisi perut masih kenyang.

Untuk mengatasi hal itu, Mega mengaku hanya makan makanan kecil atau susu saat sahur.

Rutinitas Ramadhan yang sedemikian rupa berpengaruh terhadap waktu tidur dan istirahat yang dimiliki.

“Setelah imsak dan sholat subuh, baru saya tidur dan bangun sekitar jam 12 siang. Pada saat itu, kurang lebih Zuhur jam 2 siang. Jadi tidur pagi hari habis imsak sangat aman karena tidak menabrak waktu shalat,” kata Mega.

Sumber kompas.com

Diculik 30 Tahun Lalu, Wanita Ini Bertemu Lagi dengan Orangtuanya

BEIJING, Seorang perempuan asal China yang diculik semasa kecil akhirnya bisa menemukan orangtua kandungnya setelah mencari selama 30 tahun.

Lin Zhenqin, kini 39 tahun, tak bisa menahan air mata saat tiba di bandara Liupanshui, Guizhou, wilayah selatan China, bulan lalu.

Di bandara itu Lin memeluk erat ayah dan ibu kandungnya yang tak dilihatnya selama tiga dekade terakhir masa hidupnya

Lin, dulu bernama Yang Faqin, diculik saat berusia sembilan tahun sebelum diadopsi sebuah keluarga yang tinggal di sebuah kota yang berjarak 1.400 kilometer dari kampung halaman Lin.

Lin lahir di Liupanshui, provinsi Guizhou tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya bersama keluarga barunya di Putian, provinsi Fujian. Demikian laporan stasiun televisi CCTV.

CCTV melaporkan Lin diculik para penyelundup manusia pada 1988, tetapi tidak ada rincian lebih lanjut terkait penculikan itu.

Meski Lin tak bisa mengingat masa kecilnya di Liupanshui, dia mengetahui bahwa dirinya diadposi dan tak pernah berhenti berharap bisa bertemu orangtua kandungnya.

"Masalah ini terus mengganggu saya. Saya selalu ingin bertemu dengan orangtua saya," kata dia.

Setiap kali bertemu orang yang berasal dari provinsi Guizhou, Lin selalu bertanya tentang keluarga yang kehilangan anak mereka di masa lalu.

Peruntungan Lin berubah bulan lalu ketika dia pindah ke kota Foshan di provinsi Guangdong dan bekerja di sebuah salon kecantikan.

Setelah dia menceritakan kisahnya kepada seorang pelanggan, sang pelanggan malah mendorong Lin untuk melapor ke kantor polisi.

Pada 15 Mei lalu, Lin akhirnya melapor ke Biro Keamanan Publik Foshan cabang Nanhai untuk melaporkan masalahnya.

Petugas kemudian mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke sebuah laboratorium DNA.

Polisi kemudian membandingkan sampel darah Lin dengan semua sampel darah yang disimpan di database DNA nasional China.

Sepekan kemudian, polisi berhasil menemukan pasangan suami istri berusia lanjut yang cocok dengan sampel DNA milik Lin.

Mereka kemudian dipertemukan lewat sebuah video chat dan lewat percakapan itu semakin terang bahwa pasangan usia lanjut itu adalah orangtua kandung Lin.

Dalam percakapan itu, Lin menanyakan apakah mereka mengingat saat-saat dia diculik. Saat itu Lin mengenakan sepasang sepatu bot Wellington berwarna merah.

"Ayahmu ingat semuanya," kata si perempuan tua itu.

Sejalan dengan pembicaraan itu, semakin banyak detil terungkap dan kedua pihak yakin bahwa mereka memang satu keluarga.

Pada 26 Mei, dengan bantuan kepolisian di kedua daerah, Lin akhirnya bisa bertemu orangtuanya.

Pertemuan mereka amat mengharukan diwarnai tangis bahagia yang menghapus kesedihan selama 30 tahun.

"Kami amat bahagia bisa bertemu. Orangtua saya amat bahagia. Kami berterima kasih kepada polisi yang membantu pertemuan kembali setelah 30 tahun ini," kata Yang Faxiang, saudara laki-laki Lin.

Penculikan anak-anak merupakan masalah serius di China terutama di kawasan pedesaan.

Menurut laporan situs berita Caijing, pada 2016 sekitar 200.000 anak-anak dilaporkan hilang.

Di antara mereka hanya sekitar 200 orang atau 0,1 persen yang bisa menemukan kembali orangtua kandungnya.

Sumber kompas.com

29 May 2018

Inilah Wujud Masjid Agung Sheikh Zayed, Masjid Termegah di Kota Abu Dhabi, Terbesar Ketiga di Dunia!

ABU DHABI - Kota Abu Dhabi di Uni Emirat Arab memiliki pesona tersendiri untuk wisata religi.
Kota ini menjadi tempat berdirinya masjid terbesar ketiga di dunia, setelah Mekkah dan Madinah, di Arab Saudi.
Masjid terbesar yang terletak di kota ini dinamakan sama seperti Presiden pertama Uni Emirat Arab (UEA), almarhum Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.

Almarhum Sheikh Zayed telah memilih lokasi didirikannya masjid itu dan ia juga memberikan pengaruh besar pada arsitektur serta desain bangunan tersebut.
Berdasarkan visi sang Sheikh, masjid itu dibangun dengan ketinggian 11 meter di atas permukaan laut dan 9,5 meter di atas permukaan tanah, sehingga bangunan itu terlihat jelas dari semua arah.
Dikutip dari laman Abudhabi.ae, Selasa (29/5/2018), Masjid Agung Sheikh Zayed dibangun sebagai monumen untuk mengkonsolidasikan budaya Islam dan pusat terkemuka untuk kajian ilmu Islam.

Sesuai keinginannya, masjid tersebut juga menjadi tempat peristirahatan terakhirnya sat wafat pada 2004 lalu.
Pada saat pembangunan masjid itu, Sheikh Zayed meminta agar masjid itu didirikan di jantung kota Abu Dhabi, antara Jembatan Musaffah dan Jembatan Maqta.
Pembangunan proyek senilai AED 2,5 miliar itu pun dimulai pada akhir 1996.
Sekira 38 perusahaan kontraktor dan sekira 3.500 pekerja telah membantu mewujudkan kompleks ibadah tersebut selama hampir 12 tahun.

Pada 20 Desember 2007, masjid itu awalnya dibuka untuk umum dan untuk acara doa bersama. Acara doa bersama kali pertama diadakan di hadapan Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan , Presiden UEA.
Masjid tersebut memiliki cakupan area seluas 22,412 meter oersegi.
Terdapat total 82 kubah yang digunakan dalam pembangunan masjid, sedangkan kubah utamanya dianggap sebagai kubah masjid terbesar di dunia dengan tinggi 85 meter dan diameter 32,8 meter.
Masjid Agung Sheikh Zayed bisa menampung sekira 41 ribu jamaah.

Sementara aula utamanya bisa menampung 7.126 jamaah.
Desainnya pun sangat unik, setelah selesai dengan fase pertama yakni pembangunan menggunakan material struktur beton, masjid itu akhirnya diberikan sentuhan hiasan marmer putih yang dibawa dari Yunani dan Italia.
Marmer putih Yunani dan Italia memang dikenal sebagai marmer yang paling murni di dunia.

Sementara untuk desain interiornya, penulis kaligrafi dari Uni Emirat Arab, Suriah dan Yordania mencoba mengadaptasi karya seniman dari seluruh dunia.
Ayat-ayat dari Al-Qur'an pun ditulis dalam tiga jenis kaligrafi Arab.
Interior masjid agung itu dihias secara menakjubkan dan menampilkan tanaman unik serta ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dirancang khusus untuk interior masjid.
Selain itu, para desainer juga menggunakan mozaik untuk menutupi seluruh halaman seluas 17 ribu meter persegi itu.

Dengan demikian bagian itu dianggap sebagai ruang terbuka terbesar dibandingkan masjid-masjid lainnya di seluruh dunia.
Sejumlah perusahaan besar berskala internasional yang berfokus pada pembuatan lampu kristal pun menghiasi masjid agung tersebut dengan tujuh lampu gantung berlapis emas dalam berbagai ukuran.
Interior lainnya yang menakjubkan dari masjid tersebut adalah lebih dari 5.625 meter persegi karpet digelar untuk melapisi lantai di aula utama.
Pembuatan karpet di masjid ini dikerjakan oleh 1.300 pengrajin asal Iran menggunakan 35 ton benang wol dan 12 ton kapas.

Untuk bagian alas masjid itu, sebanyak 25 warna alami digunakan dalam pembuatan karpet tersebut.
Hijau menjadi warna yang dominan digunakan lantaran merupakan favorit almarhum Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.
Jika anda tertarik berkunjung, Masjid Agung Sheikh Zayed tersebut terbuka untuk umat Islam yang mau beribadah dan berdoa sepanjang hari.

Sementara untuk pengunjung non muslim, waktu kunjungan dibatasi yakni mulai pukul 09.00 hingga 22.00 waktu setempat setiap harinya kecuali pada Jumat pagi.
Perubahan waktu juga terjadi pada saat bulan Ramadan seperti saat ini.
Para pengunjung bisa melakukan tur dan akan didampingi pemandu yang disediakan oleh Otoritas Pariwisata dan Budaya Abu Dhabi (TCA).

Sumber Tribunnews.com

Kemegahan Masjid Suleymaniye Di Istanbul Jadi Bukti Kemajuan Peradaban Islam Zaman Dinasti Ottoman

ISTANBUL - Dinasti Kerajaan Ottoman sangat terkenal pada zamannya, bahkan hingga saat ini.
Kepopuleran Sultan Suleyman yang juga dikenal sebagai Raja Sulaiman memang menjadi bagian dari sejarah perkembangan peradaban Islam di Turki.

Salah satu yang menjadi peninggalannya adalah Masjid Suleymaniye atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Suleyman the Magnificent.

Masjid satu ini menjadi salah satu masjid termegah di Turki, selain Hagia Sophia dan Masjid Sultan Ahmed.
Dikutip dari laman Great Istanbul, Selasa (29/5/2018), Suleymaniye dibangun pada abad ke-16 oleh Arsitek hebat Mimar Sinan yang dipersembahkan sesuai keinginan Sultan Suleyman.

Masjid tersebut memang dibangun secara khusus oleh Sinan selama 7 tahun, sesuai pesan dari pemimpin Kerajaan Ottoman Turki pada saat itu.

Sama seperti seluruh masjid besar yang dibangun pada periode tersebut, Suleymaniye juga dilengkapi kompleks yang mencakup sejumlah fasilitas didalamnya seperti rumah sakit, perpustakaan, madrasah, dapur serta rumah perawatan untuk orang miskin, hammam dan toko-toko.

Masjid megah itu merupakan salah satu contoh terbaik gambaran arsitektur Islam di Istanbul.
Kendati demikian, sebagai bentuk penghormatan pada masjid lainnya, saat itu Masjid Suleymaniye tidak terlalu menonjolkan interior dan eksterior yang terlalu mewah.

Masjid penuh filosofi itu hanya didesain secara sederhana dan hanya menampilkan atmosfer elegannya.
Seperti masjid besar pada umumnya, Suleymaniye juga memiliki halaman luar dan halaman dalam dengan empat menara yang berdiri kokoh pada setiap sudutnya.

Dua dari menara tersebut lebih tinggi sekira 74 meter atau 242 kaki dibandingkan dua menara lainnya yang hanya setinggi 56 meter atau 184 kaki.
Ada 3 pintu masuk pada masjid tersebut, salah satunya ada di halaman dalam, sementara dua lainnya ada di halaman luar.

Di bagian dalam, lantai masjid tertutup karpet dan dihiasi lampu yang menggantung rendah dan temaram.
Masjid Dinasti Ottoman itu dilengkapi pula dengan 138 jendela.
Jika anda melihat bagian interior masjid tersebut, pada bagian atas, anda akan melihat kubah besar yang memiliki diameter 27 meter dengan ketinggian 53 meter.

Di dalam ruangan di masjid itu juga terdapat dekorasi sederhana namun tampak sangat indah karena dihiasi desain bunga, geometris dan kaligrafi Alquran.
Lalu pada bagian luar, tepatnya di sebelah Tenggara, ada pemakaman tua dimana menjadi tempat tokoh-tokoh penting dinasti Ottoman saat itu dimakamkan.
Beberapa diantaranya adalah Sultan Suleyman, kemudian sang istri yang sangat ia cintai Hürrem, serta arsitek masjid tersebut, Sinan yang memiliki makam sendiri di dalam kompleks itu.
Saat ini, Masjid Suleymaniye menjadi salah satu lokasi wisata paling populer di Istanbul.

Sejak November 2010, masjid tersebut telah dibuka kembali untuk umum setelah periode restorasi panjangnya selama 3 tahun.

Sumber Tribunnews.com

Kegunaan lain Tombol Power pada Smartphone

Yosh.. jumpa lagi gaes dengan Tuwan info. Ya disini saya akan mencoba membahas mengenai kegunaan lain dari tombol power yang ada pada smart...